Posted on

Branding Startup

Seminar “Branding Startup” diadakan di Jepara Hall, Balai Kartini pada tanggal 12 Desember 2019 pukul 10.30 WIB. Seminar ini diisi oleh 3 pembicara yaitu Gambaran Brand, Alpha JWC Ventures dan DMIA.
Pembicara pertama yaitu Gambaran Brand menjelaskan fokus mereka dalam mengembangkan brand-brand produk di Indonesia. Berawal dari ingin menyediakan panggung untuk brand-brand lokal agar bisa dilirik oleh media maka hal ini yang menjadi concern mereka. Gambaran Brand juga membuat sebuah program di salah satu TV swasta mereka pun bisa memperkenalkan brand-brand lokal tersebut dan sampai saat ini acara tersebut sudah berjalan 80 episode. Riset yang mereka temukan adalah bahwa 90% startup mengalami kegagalan karena tidak ada orang yang menjalankan SOP dari startup tersebut serta kurangnya relasi-relasi maupun brandnya yang tidak kuat dan bukan karena teknologi yang ada dalam startup tersebut.
Kedepannya di 5.0 revolusi industri, teknologi-teknologi yang ada akan bisa berdampingan dengan manusia dan untuk memperkuat sebuah brand maka Gambaran Brand mempunyai sebuah rumusan dan ada 4 fase yang bisa membuat sebuah brand menjadi kuat yaitu dimulai dari konsumen harus kenal pada brand tersebut, dari situ maka akan menimbulkan sebuah rasa dan akan berlanjut brand tersebut akan dipahami oleh konsumen yang nantinya bisa menimbulkan rasa cinta kepada brand oleh konsumen dan ini butuh waktu untuk menyesuaikan ini semua.

Berlanjut ke pembicara kedua yaitu Alpha JWC Ventures yang dimana berfokus untuk membangun brand produk di Indonesia. Mereka membantu para brand ini untuk membangun brandingnya kepada para investor. Mereka juga membantu investasi awal untuk para brand ini karena untuk bisa membantu founder dari brand ini dalam membangun pasar baru, marketing yang lebih mudah serta memberikan partner untuk membawa perusahaan ke market yang lebih besar. Selanjutnya para brand ini akan diarahkan menuju Larger Scale Operations, Product Development/Innovation dan juga para brand ini bisa bersaing di kompetisi yang lebih besar.
Mereka memberi contoh dalam kesalahan entrepreneur food and beverages yang dimana mereka hanya mengutamakan rasa yang enak, mengikuti hype yang ada dan juga mereplikasi konsep orang lain. Hal ini yang sangat disarankan untuk brand-brand yang ada untuk dihindari dan harus ada sebuah terobosan dalam meningkatkan penjualan dari brand tersebut. Potensi-potensi yang dapat diambil dan disarankan oleh perusahaan ini sangat banyak seperti contohnya Market Size Business, Model Traction dan juga para brand ini harus menghindari yang namanya Unfair Advantages dan harus membuat Clear Business Plan.

Pembicara ketiga adalah DMIA yang dimana perusahaan ini berdiri dan bertujuan untuk membantu penjualan suatu produk. Mereka ingin mengotomasi cara orang berjualan dan menemukan skill yang ada dari produk tersebut. Mereka bekerjasama dengan Kementrian Pendidikan dan mengadakan edukasi Digital Marketing dengan basis online learning melalui platform babastudio.com dan techforid.
DMIA juga membuat program untuk membandingkan harga serta melakukan pembelian untuk suatu produk bagi konsumen yang dimana semuanya sudah di otomatisasi. Berakar dari masalah kebingungan dalam menentukan strategi harga dan menemukan
niche dalam pasar maka dari itu DMIA hadir sebagai solusi sebagai database dan market analytic untuk mengetahui itu semua. Selain itu DMIA juga bisa melakukan market research tentang suatu produk dan bisa melakukan promosi dengan menyedot data dari orang-orang yang melakukan like suatu produk di Instagram dan bukan dari hashtag sehingga lebih mudah untuk mengetahui pasaran. Karena mereka berpikiran dengan seiring kemajuan teknologi maka semuanya sekarang harus berbasis data dan bisa menjadi mudah.